Makam Kyai Abdul Hamid Pasuruan, mungkin anda sekalian pernah mendengar cerita tentang kyai Abdul Hamid Pasuruan? Kyai yang memiliki akhlaq sangat mulia dan sopan dalam bermasyarakat ini mulai beliau hidup hinga wafat sekalipun terus menjdai panutan dan figur bagi penduduk tanah Jawa khususnya masyarakat Pasuruan. Selain itu, kita juga mungkin pernah mendengar atau membaca tentang sejumlah karomah yang dimiliki kyai kelahiran kota Lasem Jawa Tengah ini. Sedangkan karomah itu sendiri bisa diketahui sebagai satu keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang tertentu, yang menjadi kekasih-Nya, dan yang selalu takut kepada-Nya dimanapun ia berada. Karomah tersebut biasanya keluar dengan sendirinya tanpa diduga alias langsung dari Allah SWT. Nah, kalau kita bahas tentang karomah pastinya kurang lengkap kalau hanya sebatas keterangan saja. Kali ini penulis mencoba kembali mengungkap salah satu keistimewahan atau karomah yang dimiliki kyai Abdul Hamid. Periode pasuruan adalah periode emas dari perjalanan spiritual beliau. disinilah beliau mulai dan mungkin mengasah diri dengan pancaran ruhhul ilahiyah yang begitu cemerlang. di Pasuruan ini pula beliau semakin mendekatkan diri pada kalangan ulama dan habaib kususnya dengan Habib Ja’far bin Syaikhon Assegaf pasuruan yang merupakan guru utama beliau. bersama habib ja`far inilah potensi spiritual beliau semakin terasa, hal ini diakui oleh habib ja`far bahwa dibanding murid yang lain, kyai hamid memiliki keunggulan tersendiri yang sangat sulit dicapai oleh orang lain. Kekaguman dan kepercayaan habib ja`far diwujudkan dengan dipercayakanya Kyai Hamid untuk menjadi imam sholat Maghrib dan isya` di kediaman habib ja`far, meski demikian kyai hamid tetap tidak mengurangi takzim beliau kepada sang guru, begitu merendahnya kyai hamid dihadapan habib ja`far ibarat penda ditangan pemiliknya, Pena tidak akan bergerak jika tidak digerakan pemiliknya, demikian juga kyai hamid keberadaanya seakan hilang dan menyatu dengan habib ja`far. Keunggulan kyai hamid di bidang keilmuan mungkin dapat diungguli oleh orang lain, namun dua hal menjadi kelebihan tesendiri bagi kyai hamid adalah sifat zuhud dan tawadhu yang jarang dimiliki oleh orang lain. bahkan ketika habib ja`far wafat ketika ziaroh ke makam habib ja`far kyai hamid sangking takzimnya dan tawadu nya tidak berani duduk lurus pada posisi kepala tapi selalu duduk pada posisi kaki habib ja`far. inilah sifat tawaddhu beliau yang sangat tinggi. Kisah Karomah KH Abdul Hamid Pasuruan Nama KH Abdul Hamid bagi warga Pasuruan sudah tidak asing lagi karena pengasuh Pesantren Salafiyah ini dikenal dengan keistimewaan dan karomahnya. Abdul Hamid begitu nama pria yang dilahirkan pada tahun 1333 H, di Desa Sumber Girang, Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Abdul Hamid dibesarkan di tengah keluarga santri. Ayahnya, Kiai umar, adalah seorang ulama di Lasem, dan ibunya adalah anak Kiai Shiddiq, juga ulama di Lasem. Kiai Shiddiq adalah ayah KH Machfudz Shiddiq, tokoh NU. Abdul Hamid sejak kecil dipersiapkan untuk menjadi kiai, dia mula-mula belajar Alquran dari ayahnya. Tiga tahun kemudian, Abdul Hamid menimba ilmu di pesantren kakeknya, KH Shiddiq, di Talangsari, Jember, Jawa Timur. Sejak kecil, sudah tampak tanda-tanda bahwa dia bakal menjadi wali dan ulama besar. Konon pada usia enam tahun, dia sudah bertemu dengan Rasulullah. Dalam kepercayaan yang berkembang di kalangan warga NU, khususnya kaum sufi, Rasulullah walau telah wafat sekali waktu menemui orang-orang tertentu, khususnya para wali. Bukan dalam mimpi saja, tapi secara nyata. Salah satu karomah Kiai Abdul Hamid yang dipercaya warga Pasuruan adalah bisa berada ditempat lain dengan wujud serupa. Hal ini terjadi saat Habib Baqir Mauladdawilah bertandang ke pesantrennya. Sang Habib yang pernah berguru dengan al-Ustadzul Imam Al-Habr al-Quthb al-Habib Abdulqadir bin Ahmad Bilfaqih diberikan ilmu untuk bisa melihat sesuatu yang gaib. Pada suatu kesempatan datanglah Habib Baqir menemui Kiai Abdul Hamid Pasuruan. Ketika itu di tempat KH Abdul Hamid banyak sekali orang yang datang untuk meminta doa atau keperluannya yang lain. Setelah bertemu Habib Baqir merasa kaget. Ternyata orang yang terlihat seperti KH Abdul Hamid sejatinya bukanlah sang Kiai . Karena yang ditemuinya adalah sesosok gaib yang menyerupai. Kemudian Habib Baqir mencari di manakah sebetulnya KH Abdul Hamid yang asli berada. Setelah diselidiki dengan ilmu kanuragan Habib Baqir terkejut karena sang kiai tersebut tengah berada di Tanah Suci Mekkah. Karomah KH Abdul Hamid juga pernah ditunjukkan terhadap seorang Habib sepuh yang datang kepadanya, karena sang Habib menanyakan kemana sang Kiai pergi ketika digantikan oleh sesosok gaib yang menyerupainya. KH Hamid tidak menjawab, hanya langsung memegang Habib sepuh tersebut. Seketika itu kagetlah Habib sepuh tadi, melihat suasana di sekitar mereka berubah menjadi bangunan masjid yang sangat megah. Subhanallah, ternyata Habib sepuh tadi dibawa oleh KH Hamid mendatangi Masjidil Haram. Salah satu karomah lainnya yaitu ketika Asmawi, salah seorang santrinya harus melunasi utang kepada panitia pembangunan masjid yang sudah jatuh tempo. Besarnya cukup besar untuk ukuran waktu sekitar tahun 70-an. Dia tidak tahu dan mana uang sebanyak Itu bisa didapat dalam waktu singkat. Karenanya, dia hanya bisa menangis, malu kalau sampai ditagih. Akhirnya dia mengadukan hal tersebut kepada Kiai Hamid. Kemudian dengan lembut sang Kiai yang lantas menyuruh Asmawi menggoyang pohon kelengkeng yang tumbuh di halaman depan rumah Pak Kiai. Di sana ada dua pohon kelengkeng. “Kumpulkan daun-daun yang gugur itu dan bawa kemari,” kata Kiai Hamid. Setelah menerima daun-daun kelengkeng itu, Kial Hamid memasukkannya ke dalam saku baju. Ketika ditarik keluar, di tangannya tergenggam uang kertas. Kemudian dia menyuruh Asmawi melakukan hal sama tapi pada pohon kelengkeng yang lainnya. Dengan cara yang sama pula, daun kelengkeng itu berubah menjadi uang kertas. Setelah dihitung Asmawi, jumlahnya Masih kurang Tiba-tiba datang seorang tamu menyerahkan uang tunai kepada Kiai Hamid, lalu uang itu diserahkan ke Asmawi. Lain lagi yang dialami Said Ahmad, santri lainnya. Dia justru seolah ingin menguji kewalian Kiai Hamid yang telah kesohor. Said Ahmad ingin tahu, apakah Kiai tahu bahwa dia ingin diberi makan olehnya. Ketika sampai di pesantren milik sang kiai, kebetulan saat salat lsya sudah masuk. Dia pun ikut salat berjamaah. Usai salat, dia tidak langsung pulang, melainkan menunggu sampai jamaah pulang semua. Lampu teras rumah Kiai Hamid pun sudah dipadamkan, pertanda pemilik rumah siap-siap beristirahat. Dengan demikian, dia pikir, niatnya berhasil, yaitu bahwa keinginannya untuk ditawari makan oleh Kiai tidak diketahui. Lalu dia pun melangkahkan kaki meninggalkan masjid. Ternyata dari rumah Kiai Hamid ada yang melambaikan tangan kepadanya. Dengan langkah ragu, dia pun mendekatinya. Ternyata tuan rumah sendiri yang memanggilnya. “Makan di sini ya,” kata Kiai Hamid sambil senyum. Dia pun diajak masuk ke ruang tengah. Di sana hidangan sudah tersaji. “Maaf, lauknya seadanya,” kata Kiai santai. “Sampeyan tidak bilang-bilang, sih.” Said tersindir. Dan sejak itu dia percaya, Kiai Hamid adalah wali. Sekian Informasi mengenai Artikel Ini yaitu Wisata Religi Populer Makam KH Abdul Hamid Di Pasuruan, semoga informasinya bermanfaat bagi netizen pengunjung website kami, terimakasih sudah berkunjug di Website QURNIA Tour & ravel Rental Mobil Purwodadi Grobogan Jawa Tengah yang menginformasikan tentang artikel Wisata Religi Populer Makam KH Abdul Hamid Di Pasuruan, Salam Sukses Selalu Ya.PROFIL- Profil Pejuang Kaya Ide. Luthfi Bashori lahir di kota santri, Singosari, pada tanggal 5 Juli 1965, dari orang tua KH. M. Bashori Alwi dan Hj. Qomariyah binti Abdul Hamid. Layaknya anak-anak Singosari kala itu, Luthfi kecil menempuh pendidikan formalnya pada jenjang dasar di Madrasah Ibtidaiyyah Al Ma`arif Singosari. Di kalangan ahli tarekat, terdapat kepercayaan bahwa Nabi Khidir masih hidup, dan akan terus hidup sampai kiamat datang. Dinamakan Khidir karena kedatangannya selalu membawa kehijauan di sekitarnya. Bagaimana pertemuan Kiai Hamid dengan Khidir Di kalangan kaum tradisi seperti warga NU keberadaan kiai selalu dikaitkan dengan tingkat spiritualitas, dan kemampuan yang “menyalahi kebiasaan” atau khariqul aadah atau yang disebut karomah. Kiai yang memiliki spiritualitas tinggi dan dianugerahi karomah ini sering disebut “kiai khos” khaash, bahkan sering dianggap waliyullah. Tapi memang tidak banyak kiai yang bisa mencapai derajat kiai khos. Satu dari yang tidak banyak itu adalah Kiai Abdul Hamid atau Mbah Hamid dari Pasuruan, Jawa Timur. Bagi masyarakat Pasuruan dan Jawa Timur, pengasuh Pesantren Salafiyah ini bukan nama yang asing, walaupun tidak pernah berkiprah di dunia politik sebagaimana para kiai kondang umumnya. Abdul Hamid lahir tahun 1914 di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Ayahnya, Kiai Abdullah bin Umar, seorang ulama asal Lasem, sedangkan ibunya Raihanah, putri KH Shiddiq yang juga berasal dari Lasem. Mula-mula belajar agama kepada kakeknya, dan kemudian dilanjutkan di pesantren kakeknya, KH Shiddiq, di Talangsari, Jember, Jawa Timur. Setelah menikah dengan putri Kiai Ahmad Qusyairi ia pindah ke Pasuruan, dan melanjutkan kepemimpinan pesantren yang didirikan mertuanya itu. Pesantren yang nyaris kosong karena ditinggal para santri ini, di tangan Kiai Hamid berkembang pesat. Salah satu karomah Kiai Abdul Hamid yang masyhur di kalangan warga Pasuruan adalah kemampuannya berada di berbagai tempat dalam waktu bersamaan dengan wujud serupa. Disebut ilmu mlipat bumi. Hal ini terjadi, antara lain, saat Habib Baqir Mauladdawilah berkunjung ke pesantrennya. Suatu hari habib yang punya kemampuan melihat sesuatu yang gaib ini datang menemui Kiai Abdul Hamid. Waktu itu banyak orang yang datang untuk meminta doa atau keperluannya yang lain. Setelah bertemu, Habib Baqir kaget lantaran orang yang terlihat seperti KH Abdul Hamid ternyata bukan Mbah Hamid. Sebab orang yang ditemuinya adalah sosok gaib yang menyerupai. Kemudian ia mencari di mana sesungguhnya Mbah Hamid yang asli berada. Setelah ia selidiki dengan menggunakan ilmu gaibnya, ternyata Mbah Hamid yang asli sedang berada di Mekah. Karomah KH Abdul Hamid juga pernah ditunjukkan kepada seorang habib sepuh yang datang kepadanya. Ia bertanya ke mana sang Kiai pergi ketika digantikan oleh sesosok gaib yang menyerupainya. Mbah Hamid tidak menjawab, tetapi langsung memegang habib tua itu. Seketika itu kagetlah ia, melihat suasana di sekitar mereka berubah menjadi bangunan masjid yang sangat megah. Subhanallah, ternyata habib sepuh tadi dibawa Mbah Hamid mendatangi Masjidil Haram. Berikut ini cerita KH Muhammad Yunus atau Mbah Yunus dari Tulungagung. Kata dia, suatu ketika Mbah Hamid berkata bahwa Nabi Khidir akan datang di kediamannya besok pagi hingga waktu dzuhur. Pada saat itu kebetulan Mbah Yunus sedang berada di kediaman Mbah Hamid. Keesokan harinya orang-orang pun datang, ingin jumpa Khidir. Bahkan menurut Mbah Yunus ada beberapa Habib dengan berpakaian jubah lengkap dengan surbannya juga hadir disitu ingin bertemu Nabi Khidir. Ketika orang-orang berkumpul, Kiai Yunus dipanggil oleh Mbah Hamid dan diminta agar mendekat. Beberapa saat kemudian datanglah seorang pemuda mengenakan pakaian yang sedang ngetren waktu itu. Orang-orang yang hadir tidak begitu memperdulikan pemuda yang pakaiannya berbeda dengan mereka. Ketika bertemu Mbah Hamid, pemuda itu langsung bersalaman dan mencoba mencium tangannya. Mbah Kyai Hamid menolak dan justru dia sendiri yang ingin mencium tangan pemuda itu. Pemuda itu menolak. Kiai Yunus yang menyaksikan adegan tersebut, kemudian diberitahu oleh Mbah Hamid bahwa pemuda itu adalah Nabi Khidir. Lalu sang pemuda berganti pakaian dengan pakaian yang sudah kotor. Ia membersihkan selokan di sekitar kediaman Mbah Hamid sampai waktu dzuhur. Kemudian pergi. Seusai shalat dzuhur, salah seorang yang hadir bertanya kepada Mbah Hamid kapan Nabi Khidir akan datang. Mbah Hamid menjawab bahwa orang yang membersihkan selokan tadi adalah Nabi Khidir. Di kalangan para ulama, khasnya ahli tarekat, terdapat kepercayaan bahwa Nabi Khidir masih hidup, dan akan terus hidup sampai kiamat datang. Nabi ini dinamakan Khidir yang berarti hijau karena kedatangannya selalu membawa kehijauan di sekitarnya. Rumput yang awalnya kering, misalnya, akan menjadi hijau subur jika didatangi Nabi Khidir. Cerita tentang Nabi Khidir memang terdapat dalam Alquran Al-Kahfi ayat 65-82. Yakni bagaimana kisah Nabi Khidir yang mengajarkan ilmu dan kebijaksanaan kepada Nabi Musa. Namun, asal usul dan kisah lainnya tentang Nabi Khidir tidak banyak disebutkan. Selain Khidir, ada tiga nabi lain yaitu Idris, Ilyas dan Isa, yang diyakini sebagai sosok yang tetap hidup atau abadi. Dalam khazanah Islam orang-orang yang dikisahkan pernah berjumpa Nabi Khidir adalah Rasuullah para sahabat seperti Abu Bakr, Umar ibn Khaththab, Ali ibn Abi Thalib, Al-Walid ibn Abdul Malik ibn Marwan, Ibrahim At-Taimi, Umar ibn Abdil Aziz, Ibrahim Al-Khawas, Bisyir Al-Hafi,Abdul Hakim At-Turmudzi, Abdul Malik Ath-Thabari, Abu Bakar Al-Kattani, Abu Abbas Al-Qashhab, Syekh Abdul Qadir Jailani, An-Nuri, Muhammad Suyah An-Naqshabandi, Abul Hasan Asy-Syadzali, Abu Su’ud ibn Syibli, Abu Abdillah Al-Quraisyi, Muhyiddin Ibnu Arabi, Abul Abbas Al-Arabi, dan lain-lain. Jejak Nabi Khidir di Nusantara terdapat dalam sejumlah kisah auliya atau para wali seperti Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati. Sedangkan kalangan ulama yang lebih mutakhir yang diceritakan pernah bertemu dengan Nabi Khidir antara lain, Syaikhona Kholil Bangkalan dan Hadhrotusy Syaikh Hasyim Asyari, KH Munawwir Krapyak, KH KH Muhammad Shiddiq Jember, Syaikh Abu Ibrahim Woyla Aceh, KH Hamim Jazuli alias Gus Miek — dan tentu saja Mbah Hamid Pasuruan yang tadi diceritakan
Diamengaji kepada KH. Ma'shum (ayahanda KH. Ali Ma'shum Jogjakarta) dan KH. Baidhawi, dua "pentolan" ulama Lasem. Kiai Hamid Pasuruan: Kini Sulit Dicari Padanannya Kiai Hamid lahir pada tahun 1333 H (bertepatan dengan 1914 atau 1915 M) di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Tepatnya di dukuh Sumurkepel, desa Sumbergirang.
Makan disini ya," kata beliau. Diruang tengah hidangan sudah ditata. "Maaf ya, lauknya seadanya saja. Sampeyan tidak bilang dulu sih" kata Kiai Hamid dengan ramahnya. Said merasa di sindir, sejak itu dia percaya Kiai hamid adalah seorang wali. - Asmawi gundah gulana. Ia harus membayar hutang yang jatuh tempo. KH Ahmad Baha'udin Nursalim (Gus Baha) seorang ahli Quran dalam mendefiniskan wali sangat mudah dicerna bagi orang awam. Dalam berbagai kesempatan kajianya, di antaranya pada haul KH. Abdul Hamid Pasuruan (26/10/2020), beliau mengatakan wali adalah kekasih Allah, hamba yang di ridhai Allah Swt. 8 alamat pp.salafiyah di Jl.KH.Adb.Hamid VIII No.14 Purworejo Kota Pasuruan dan Alamat di Krampyangan, Bugul kidul 9. di pondok Kasingan, Rembang, Talangsar 10.Beliau meninggal dunia atau wafat Pada tanggal 25 Desember tahun 1982 M atau robiul awal 1403 H Sehingga kata H. M. Hadi, bekas santri dan adik iparnya, "Semua orang merasa paling disayang oleh Kiai Hamid." Setiap pagi, mulai pukul 03.00, ia suka berjalan kaki berkeliling ke Mushalla-mushalla hingga sejauh 1-2 km. untuk membangunkan orang-orang - biasanya anak-anak muda - yang tidur di tempat-tempat ibadah itu. .